SOROTAN KATA – Sejumlah petani di Kota Ternate, Maluku Utara (Malut) mengeluhkan harga cengkih yang dibeli oleh pengusaha pengumpul hasil bumi terus mengalami penurunan, kini mencapai Rp80 ribu per kilogram dari sebelumnya Rp110 ribu per kilogram.
“Harga cengkih terus turun, jika harganya masih Rp80 ribu per kg, maka kami akan merugi,” kata salah seorang petani cengkih, Agus Djabid, di Ternate pada Sabtu, 21 Juli 2024.
Agus mengatakan, saat ini sedang memasuki masa panen dan para pengusaha pengumpul hasil bumi seringkali bermain harga. Dengan harga Rp80 ribu per kilogram ini, menurut Agus, sebagian besar petani tidak bisa menutupi biaya operasional, mulai dari menyewa warga untuk memetik hingga menjemur cengkih.
Oleh karena itu, Agus mengatakan, dirinya harus menyimpan stok cengkih yang telah siap dijual hingga harga naik.
Sementara itu, pengusaha pengumpul hasil bumi dari berbagai kabupaten/kota di Malut menyatakan, harga komoditas cengkih menunjukkan penurunan signifikan dari Rp110 ribu per kilogram menjadi Rp80 ribu per kilogram.
Salah seorang pengusaha pengumpul hasil bumi, Fiko, mengatakan bahwa harga komoditas perkebunan ini turun menjadi Rp80 ribu per kg dipengaruhi oleh stok cengkih yang melimpah karena memasuki masa panen raya.
Menurut Fiko, hingga kini permintaan untuk komoditas cengkih di pasaran belum meningkat, sedangkan stok dari petani yang masuk ke pengusaha pengumpul hasil bumi sangat melimpah, sehingga harga cenderung turun.
“Memang, kebanyakan harga hasil bumi yang ada di Kota Ternate, khususnya dan di Malut pada umumnya, mengikuti harga yang ditentukan dari Surabaya. Dengan melimpahnya stok cengkih dari petani, harga jadi turun, apalagi lesunya pembelian cengkih di Pulau Jawa,” ujarnya.
Sebelumnya, sejumlah pengusaha pengumpul hasil bumi menyatakan, terdapat dua jenis komoditi perkebunan yang mengalami fluktuasi harga, yaitu biji pala dan cengkih.***