SOROTAN KATA – Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Maluku memastikan bahwa hingga menjelang akhir September 2024, belum ditemukan kasus cacar monyet (Monkey Pox/Mpox) di wilayah tersebut.
“Meskipun ada laporan kasus cacar monyet di beberapa daerah di Indonesia, kami meminta masyarakat untuk tidak panik dengan berbagai opini yang berkembang,” kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Maluku, Samsila Mona Rumata pada Senin, 23 September 2024.
Ia menegaskan, di 11 kabupaten/kota di Maluku hingga kini belum ada temuan kasus cacar monyet. Namun, pihaknya tetap waspada dan terus menjalankan fungsi pemantauan untuk mencegah penyebaran penyakit ini.
“Kami terus berkoordinasi dengan pihak terkait, baik di bandara, pelabuhan, maupun terminal, untuk memantau orang yang keluar dan masuk Provinsi Maluku, guna memastikan wilayah ini tetap aman dari penyebaran virus cacar monyet,” jelasnya.
Samsila juga mengklarifikasi, beberapa isu yang beredar mengenai adanya pasien suspek cacar monyet di rumah sakit di Maluku adalah hoaks. “Kami pastikan semua isu tersebut tidak benar,” katanya.
Meski demikian, Dinkes Maluku mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan menjaga kesehatan dengan menerapkan protokol kesehatan, seperti mencuci tangan, memakai masker, dan segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat jika mengalami gejala yang mencurigakan.
Samsila menjelaskan bahwa cacar monyet disebabkan oleh virus Monkeypox, yang termasuk dalam genus Orthopoxvirus.
Penyakit ini merupakan zoonosis, yang ditularkan dari hewan ke manusia, tetapi juga bisa menyebar antar-manusia melalui kontak erat, baik melalui kulit, mulut, maupun kontak seksual.
“Gejalanya meliputi demam, sakit kepala hebat, nyeri otot, sakit punggung, lemas, pembengkakan kelenjar getah bening di leher, ketiak, atau selangkangan, serta munculnya ruam atau lesi kulit,” ujarnya.
Ruam biasanya muncul 1-3 hari setelah demam, dimulai dengan bintik merah yang berkembang menjadi lepuh berisi cairan hingga nanah, lalu mengeras dan rontok.***