SOROTAN KATA – Gunung Semeru, yang terletak di perbatasan Kabupaten Lumajang dengan Malang, Jawa Timur, kembali mengalami erupsi dengan letusan disertai abu vulkanik setinggi 600 meter di atas puncak atau sekitar 4.276 meter di atas permukaan laut (mdpl) pada Minggu pukul 06.49 WIB.
“Kolom abu terlihat berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas sedang hingga tebal yang mengarah ke utara. Erupsi ini tercatat di seismograf dengan amplitudo maksimum 22 mm dan durasi 120 detik,” kata Yadi Yuliandi, Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru, dalam keterangan tertulis yang diterima di Lumajang.
Berdasarkan data yang ada, gunung tertinggi di Pulau Jawa tersebut sebelumnya mengalami tiga kali erupsi pada hari yang sama, yakni pada pukul 06.43 WIB, 06.12 WIB, dan 05.42 WIB.
Erupsi Semeru yang terjadi pada Minggu, 11 Agustus 2024, pukul 06.43 WIB, menghasilkan kolom abu setinggi sekitar 500 meter di atas puncak atau 4.176 mdpl.
Kolom abu teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas tebal yang mengarah ke utara.
Erupsi ini terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 22 mm dan durasi 99 detik.
Erupsi berikutnya terjadi pada pukul 06.12 WIB, dengan kolom abu setinggi sekitar 500 meter di atas puncak (4.176 mdpl).
Kolom abu kembali terlihat berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas tebal yang mengarah ke utara. Erupsi ini tercatat di seismograf dengan amplitudo maksimum 22 mm dan durasi 100 detik.
Erupsi pertama hari itu terjadi pukul 05.42 WIB, dengan kolom abu mencapai sekitar 700 meter di atas puncak (± 4.376 mdpl).
Kolom abu yang berwarna putih hingga kelabu teramati dengan intensitas tebal yang mengarah ke utara. Erupsi ini tercatat di seismograf dengan amplitudo maksimum 23 mm dan durasi 162 detik.
Yadi menambahkan bahwa status Gunung Semeru saat ini berada pada level II atau Waspada.
Oleh karena itu, PVMBG memberikan beberapa rekomendasi, termasuk larangan bagi masyarakat untuk melakukan aktivitas apapun, di sektor tenggara sepanjang Besuk Kobokan, sejauh delapan kilometer dari puncak (pusat erupsi).
Di luar jarak tersebut, masyarakat juga dilarang melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan, karena berpotensi terlanda awan panas dan aliran lahar yang bisa mencapai jarak 13 kilometer dari puncak.
Masyarakat juga harus menghindari aktivitas dalam radius tiga kilometer, dari kawah/puncak Gunung Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu pijar.
Selain itu, masyarakat perlu mewaspadai potensi awan panas, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai atau lembah yang berhulu di puncak Gunung Semeru.
Terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat, serta potensi lahar di sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.***