Daerah
Dua Kali Kunjungan Bersejarah Presiden Soekarno ke Tidore

SOROTAN KATA – Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno, tercatat dua kali mengunjungi Tidore. Kunjungan tersebut menjadi bagian penting dalam sejarah hubungan antara pemerintah pusat dan wilayah timur Indonesia, khususnya Maluku Utara.
Menurut Naskah Sumber Arsip Presiden RI: Sukarno yang diterbitkan oleh Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) pada tahun 2015, kunjungan pertama Presiden Soekarno ke Tidore berlangsung pada 18 Juli 1954. Dalam kunjungan itu, Presiden Soekarno didampingi oleh Ibu Fatmawati dan menyeberang menggunakan perahu menuju pantai di Tidore sebagai bagian dari agenda peninjauan ke wilayah Maluku Utara.
Dokumentasi foto pada masa itu menunjukkan antusiasme masyarakat Tidore yang luar biasa. Warga, termasuk gadis-gadis berkerudung dan para pemuda, menyambut hangat kedatangan Presiden. Sebagian masyarakat bahkan turut serta dalam perahu kora-kora yang dihias dengan bendera.
Kunjungan tersebut dilakukan tidak lama setelah pembubaran Negara Indonesia Timur yang dibentuk oleh Belanda. Pada 17 Agustus 1950, Presiden Soekarno dalam pidato kenegaraannya secara resmi mengumumkan berakhirnya Republik Indonesia Serikat (RIS) dan terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Maluku Utara pun disahkan sebagai bagian dari wilayah kedaulatan NKRI.
Kunjungan kedua Presiden Soekarno ke Tidore terjadi pada 1 Agustus 1957, sebagaimana terekam dalam dokumentasi video milik ANRI. Kali ini, Bung Karno datang bersama Bung Tomo. Kehadiran mereka kembali disambut dengan meriah oleh warga Tidore.
Berbagai tari-tarian tradisional digelar sebagai bentuk penghormatan dan kebanggaan. Masyarakat pun kembali menyerukan kata “Merdeka!” dengan tangan mengepal ke udara, menggambarkan semangat perjuangan yang tetap menyala.
Dalam kunjungan tersebut, Presiden Soekarno juga bertemu dengan Sultan Tidore kala itu, Zainal Abidin Syah (1947–1967). Sosok Sultan Zainal Abidin Syah dikenal luas karena pernah menjabat sebagai Gubernur Irian Barat pertama pada periode 1956–1961, dengan pusat pemerintahan berkedudukan di Soasiu, Tidore. Pada masa itu, Soasiu bahkan ditetapkan sebagai ibu kota sementara Provinsi Perjuangan Irian Barat.
Dua kunjungan Presiden Soekarno ini tidak hanya menjadi momen simbolik, tetapi juga menegaskan pentingnya integrasi wilayah-wilayah timur Indonesia dalam satu kesatuan Republik Indonesia.***
Daerah1 tahun agoBulan Depan Insentif Imam, Syara dan Pendeta di Kota Tidore Dibayarkan
Daerah1 tahun agoKetua Organda Tidore Kecam Tindakan Premanisme Diduga Dilakukan Tim SAMADA di Mareku
Daerah9 bulan agoASN Kota Tidore Kepulauan Mulai Konsolidasi Dukung Aksi Tuntutan DBH ke Pemprov Maluku Utara
Daerah7 bulan agoKelurahan Mareku Hadirkan Inovasi Pelayanan Publik Berbasis Teknologi
Berita5 bulan agoSegera Terbit Buku Berjudul Tanpa Tidore, Indonesia Tidak Ada Pilar Timur dari Sabang Sampai Merauke
Berita11 bulan agoPengembangan Ekonomi Kreatif di Kota Tidore, Ketua Gekrafs dan Dinas Pariwisata Gelar Audiensi dengan Kemenparekraf
Daerah5 bulan agoDisdukcapil Tidore: Hoax soal Rekomendasi Wali Kota dalam Layanan Kependudukan
Daerah4 bulan agoTerus Promosikan Sektor Pariwisata, Pemkot Tidore Gelar Camping Ground di Pulau Maitara











