Desa Maitara Tengah Kolaborasi Wujudkan Inovasi Pariwisata dengan Kota Tidore Kepulauan

SOROTAN KATA – Pemerintah Desa Maitara Tengah menyatakan komitmennya untuk mendukung visi inovasi pariwisata Kota Tidore Kepulauan melalui kolaborasi strategis dengan Pemerintah Kota yang dipimpin Wali Kota Muhammad Sinen dan Wakil Ahmad Laiman.

“Sektor pariwisata mampu mendorong perekonomian masyarakat. Desa Maitara Tengah akan menggali potensi ekowisata hutan mangrove sebagai kontribusi nyata,” Kepala Desa, Muhlis Malagapi.

Kawasan Posi-Posi Ngusu Lenge, hutan mangrove yang terjaga di wilayah tersebut, telah diresmikan sebagai ekowisata sejak 2021 dan berhasil menjadi destinasi unggulan bagi wisatawan dari Ternate dan Tidore ([mongabay.co.id].

Dengan adanya jembatan tracking, gazebo, dan fasilitas pertemuan, area ini telah menyumbang pendapatan jutaan rupiah bagi desa melalui BUMDes [mongabay.co.id].

Pariwisata juga membawa keuntungan ganda: selain membantu pelestarian mangrove, sektor ini juga meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga ekosistem pesisir .

Komitmen desa turut diperkuat melalui kegiatan penghijauan seperti penanaman 250 bibit mangrove bersama mahasiswa dan akademisi ([unkhair.ac.id].

Menurut Muhlis Malagapi, pengembangan pariwisata ini juga sejalan dengan dorongan Pemerintah Kota.

Kolaborasi sistematis antara desa dan daerah membuat ekowisata mangrove tidak hanya jadi destinasi alam tetapi juga sumber ekonomi.

Hal ini sejalan dengan temuan studi akademik yang menyoroti nilai ekowisata mangrove sebagai pendorong kesejahteraan masyarakat desa (mongabay.co.id).

Kesimpulan

• Desa Maitara Tengah aktif mendorong pengembangan ekowisata hutan mangrove sebagai penggerak ekonomi lokal.
• Dukungan dari Pemkot Tidore – dipimpin Sinen-Laiman – memberi fondasi kuat bagi sinergi antara desa dan kota.
• Langkah strategis ini meliputi peningkatan fasilitas, pemeliharaan ekosistem, dan penanaman mangrove, yang memberikan manfaat ekologis dan ekonomi.

Inisiatif ini memantapkan posisi Desa Maitara Tengah sebagai desa wisata berdaya kearifan lokal, serta menjadi model kolaborasi desa  daerah yang berkelanjutan dan produktif.***