Connect with us

Daerah

BKSDA Kalimantan Barat, YIARI dan TNBBBR Lepas Liarkan Sejumlah Orang Utan

Published

on

Proses pelepasliaran orangutan oleh BKSDA Kalbar dan YIARI di Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR). YIARI.

SOROTAN KATA – Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat bersama Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI) dan Balai Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR) berhasil melepasliarkan tujuh orangutan hasil rehabilitasi ke habitat alaminya.

“Pelepasliaran ini dilakukan di kawasan TNBBBR yang dinilai aman dan mendukung kelangsungan hidup satwa langka tersebut,” ujar Andini Nurillah, Manajer Animal Management YIARI pada Minggu, 3 Oktober 2024.

Advertisement

Dari tujuh individu yang dilepas, terdapat dua betina, yaitu Rika dan Kamila, serta lima jantan: Aben, Muaro, Onyo, Batis, dan Lambai.

Mereka telah menjalani proses rehabilitasi lebih dari satu dekade di pusat YIARI di Ketapang, Kalimantan Barat, setelah diselamatkan dari berbagai kasus, termasuk pemeliharaan ilegal, dan secara bertahap dilatih kembali untuk bertahan hidup di alam.

Advertisement

Melalui rehabilitasi di YIARI, Desa Sungai Awan, Ketapang, orangutan ini kembali dilatih keterampilan esensial untuk hidup di alam bebas, seperti memanjat, mencari makan, dan membuat sarang.

“Setelah melalui rehabilitasi panjang, mereka siap dilepasliarkan sebagai upaya pelestarian dan pemulihan populasi orangutan di habitat aslinya,” tambah Andini.

Advertisement

Menariknya, dua dari tujuh orangutan ini merupakan pasangan induk dan anak asuh, di mana Kamila menjadi induk asuh bagi Batis, sementara Rika menjadi induk asuh bagi Aben.

“Selama proses rehabilitasi, Rika berhasil membimbing Aben mempelajari keterampilan bertahan hidup dasar,” kata Andini.

Advertisement

Rika, yang diselamatkan dari perdagangan satwa ilegal di Ketapang pada 2013, kini dinilai matang dalam kemampuan bertahan hidup. Kamila juga sukses mengasuh Batis, orangutan jantan yang diselamatkan dari pemeliharaan ilegal pada 2020.

“Kini Kamila yang berusia sekitar 15 tahun telah memiliki keterampilan bertahan hidup yang cukup,” jelas Andini.

Advertisement

Pelepasliaran ini membutuhkan perjalanan tiga hari dan melibatkan lebih dari 100 orang, termasuk masyarakat setempat, BKSDA Kalbar, BTNBBBR, serta tim YIARI. Tim harus memastikan kondisi fisik orangutan terjaga agar tidak stres selama perjalanan.

“Kondisi hutan TNBBBR sangat ideal sebagai habitat alami orangutan karena kaya akan sumber pakan,” ujar Kepala BTNBBBR, Andi Muhammad Kadhafi.

Advertisement

Ketua Umum YIARI, Silverius Oscar Unggul, menambahkan bahwa pelepasliaran ini merupakan bukti kolaborasi lintas lembaga untuk konservasi satwa liar di Indonesia.

“Ini langkah baik di bawah kepemimpinan baru Menteri Kehutanan,” ucapnya.

Advertisement

Pemantauan dilakukan secara berkala oleh tim monitoring yang terdiri dari warga sekitar TNBBBR. Pemantauan perilaku orangutan dilakukan setiap dua menit untuk memastikan mereka dapat beradaptasi di lingkungan baru. Proses pemantauan ini diperkirakan berlangsung selama 1 hingga 2 tahun.

Kepala BKSDA Kalimantan Barat, RM Wiwied Widodo, menekankan pentingnya pelestarian satwa liar endemik Kalimantan, terutama orangutan sebagai bagian dari kekayaan biodiversitas Indonesia.

Advertisement

“Dukungan dari semua pihak sangat diperlukan agar satwa ini dapat terus hidup dan berkembang di habitat aslinya,” tegas Widodo.

Sejak 2016, YIARI telah berhasil melepasliarkan 82 orangutan di kawasan konservasi. TNBBBR dipilih sebagai lokasi pelepasliaran karena ketersediaan pohon pakan serta statusnya sebagai kawasan konservasi yang aman bagi orangutan.***

Advertisement
Advertisement

Trending