Connect with us

Daerah

Benteng Cobo: Salah Satu Jejak Sejarah Peradaban Spanyol di Pulau Tidore

Published

on

Benteng Cobo: Salah satu jejak sejarah peradaban Spanyol di Pulau Tidore.
Benteng Cobo: Salah Satu Jejak Sejarah Peradaban Spanyol di Pulau Tidore.

SOROTAN KATA – Benteng Cobo terletak di Kelurahan Jiko Cobo, Kecamatan Tidore Timur, Kota Tidore Kepulauan Provinsi Maluku Utara. Benteng ini dibangun pada abad ke-17 oleh bangsa Spanyol bersama penduduk setempat.

Bangsa Spanyol mendirikan beberapa benteng di Tidore, salah satunya adalah Benteng Cobo, yang juga dikenal sebagai Tjsobbe. Benteng ini dibangun pada tahun 1637 oleh orang-orang Spanyol bersama masyarakat Tidore.

Advertisement

Secara geografis, benteng ini berada di atas perbukitan di sisi utara Pulau Tidore, memungkinkan pengawasan yang jelas terhadap perairan sekitarnya.

Dari lokasi ini, dapat terlihat Benteng Oranje di Pulau Ternate yang dikuasai Belanda, serta kapal-kapal yang melintasi perairan antara Tidore dan Halmahera.

Advertisement

Sejarah Benteng Cobo

Tidak lama setelah membangun benteng ini, bangsa Spanyol sempat meninggalkannya.

Namun, mereka kembali pada tahun 1640. Pada tahun 1644, Spanyol akhirnya menarik diri dari Kepulauan Maluku dan kembali ke Filipina.

Advertisement

Setelah itu, orang-orang Ternate menduduki benteng-benteng yang ditinggalkan Spanyol, termasuk Benteng Cobo.

Namun, kekuasaan mereka tidak bertahan lama karena VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie) menuntut pembongkaran benteng. Setelah negosiasi pada tahun 1666, disepakati bahwa Benteng Cobo diserahkan kepada Sultan Tidore.

Advertisement

Sultan kemudian menjadikan benteng ini sebagai barak bagi pengawal Eropa. Namun, pada tahun 1700, Benteng Cobo mulai ditinggalkan dan tidak lagi dirawat.

Seiring waktu, kondisi Benteng Cobo semakin tidak terawat, hingga sebagian besar strukturnya tertutup tanah.

Advertisement

Catatan Sejarah yang Minim

Sejarah Benteng Cobo masih minim tercatat dalam dokumen resmi. Salah satu referensi yang memberikan informasi cukup jelas adalah “I Forti Spagnoli a Tidore: Uno Studio Preliminare” karya Marco Ramerini (2007).

Diyakini bahwa benteng ini dikenal oleh bangsa Spanyol sebagai San Joseph de Chovo. Berdasarkan keterangan Geronimo de Silva pada tahun 1613, Benteng Cobo disebut sebagai salah satu lokasi yang ingin diduduki oleh Belanda.

Advertisement

Sementara itu, pada tahun 1615, Sultan Tidore menyebutkan bahwa Benteng Cobo pernah menjadi titik pertemuan antara Tidore dan Ternate dalam negosiasi pernikahan antara Pangeran Tidore dan Ratu Jailolo.

Sumber Spanyol lainnya menyebutkan bahwa pada tahun 1643, Juan Camacho de la Pena, seorang prajurit yang bekerja untuk gubernur baru Ternate, Don Lorenco de Olaso, ditugaskan untuk mengawasi pembangunan benteng Fuerca de Chouo serta tata letak Pelabuhan Rum  di Pulau Tidore.

Advertisement

Dokumen lain yang mencatat Benteng Cobo adalah laporan yang ditulis oleh Pedro de Figueroa Pardo (1640-1650), seorang pejabat yang bertanggung jawab atas keamanan dan segala aktivitas di benteng tersebut.

Namun, catatan sejarah ini memunculkan kontradiksi terkait periode pembangunan Benteng Cobo.

Advertisement

Jika Belanda sudah berniat menduduki benteng ini pada 1613, kemungkinan besar pada tahun itu sudah ada struktur awal yang berfungsi sebagai benteng, meskipun belum seutuhnya dibangun oleh Spanyol.

Dengan demikian, dapat diasumsikan bahwa Benteng Cobo pada tahun 1613 dan 1615 merupakan prototipe – bisa berupa benteng lokal milik pribumi atau bangunan Spanyol yang belum difungsikan sepenuhnya sebagai benteng.

Advertisement

Kemudian, pada tahun 1643, pembangunannya diawasi oleh Juan Camacho de la Pena atas mandat dari Don Lorenco de Olaso.

Upaya Pelestarian Benteng Cobo

Saat ini, berbagai upaya pelestarian terus dilakukan untuk mengungkap kembali bagian-bagian benteng yang masih terpendam.

Advertisement

Balai Pelestarian Cagar Budaya Maluku Utara telah melakukan dua tahap ekskavasi pada tahun 2022.

Proses ini kemudian dilanjutkan dengan ekskavasi tahap ketiga oleh Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XXI.

Advertisement

Meskipun masih banyak misteri yang menyelimuti sejarah Benteng Cobo, upaya pelestarian ini diharapkan dapat membuka lebih banyak informasi tentang peran penting benteng ini dalam sejarah Tidore dan Nusantara.***

Advertisement
Advertisement

Trending